Saat
sedang asyik menikmati masa pacaran, kabar perselingkuhan si dia bagai
petir di siang bolong. Awalnya nggak percaya, tapi begitu melihat ponsel
dia dipenuhi SMS mesra cewek lain, rasanya pengen ngelabrak, deh!
Sebelum main hajar dan malah malu-maluin, lebih baik selidiki dulu kenapa si dia berani selingkuh. Jangan-jangan kesalahan ada di diri kita sendiri. Kalau sudah tahu penyebabnya, baru, deh, bikin keputusan. Terus atau putus!
Aturan ketat
Waktu awal pacaran, semuanya berjalan normal. Kencan jalan terus, tapi kesibukan kita masing-masing nggak terganggu. Nggak ada, tuh, yang namanya curiga satu sama lain.
Tapi lama-lama tanpa disadari kita kena penyakit posesif. Kita memaksanya keluar dari klub basket yang sudah lama diikutinya karena takut dia kepincut manajernya yang kebetulan cewek. Kita juga mengharuskan dia lapor dan minta izin ke manapun dia pergi.
Kalau sudah kayak gini, si dia bisa stres banget dan menjadikan selingkuh sebagai obatnya. Apalagi kalau kita menetapkan aturan yang nggak masuk akal, seperti jam malam atau nggak boleh pergi sama cewek lain, sekalipun sahabatnya dari kecil. Cowok mana, sih, yang bakal tahan dikekang begitu?
Perubahan standar
Pas pertama jadian, si dia ngaku kalau penampilan kita yang menarik dan wawasan kita yang luas adalah alasan si dia jatuh cinta. Bangga? Boleh-boleh saja, tapi jangan sampai terlalu pede. Di mana-mana cowok pasti menggunakan penampilan sebagai alat ukur pertama. Setelah itu bakal ada tuntutan dan kebutuhan lain.
Misalnya, nih, meskipun puas dengan penampilan kita yang oke, bakal ada saatnya si dia butuh kita sebagai teman curhat. Kalau kita mengabaikan kebutuhannya itu, penampilan secantik dan seseksi apapun nggak bakal cukup.
Jangan berpikiran si dia bakal tetap setia hanya karena kita cantik. Saat kita nggak bisa jadi berperan sebagai teman yang dia butuhkan, bisa-bisa cewek lain jadi pelariannya. CC
Sebelum main hajar dan malah malu-maluin, lebih baik selidiki dulu kenapa si dia berani selingkuh. Jangan-jangan kesalahan ada di diri kita sendiri. Kalau sudah tahu penyebabnya, baru, deh, bikin keputusan. Terus atau putus!
Aturan ketat
Waktu awal pacaran, semuanya berjalan normal. Kencan jalan terus, tapi kesibukan kita masing-masing nggak terganggu. Nggak ada, tuh, yang namanya curiga satu sama lain.
Tapi lama-lama tanpa disadari kita kena penyakit posesif. Kita memaksanya keluar dari klub basket yang sudah lama diikutinya karena takut dia kepincut manajernya yang kebetulan cewek. Kita juga mengharuskan dia lapor dan minta izin ke manapun dia pergi.
Kalau sudah kayak gini, si dia bisa stres banget dan menjadikan selingkuh sebagai obatnya. Apalagi kalau kita menetapkan aturan yang nggak masuk akal, seperti jam malam atau nggak boleh pergi sama cewek lain, sekalipun sahabatnya dari kecil. Cowok mana, sih, yang bakal tahan dikekang begitu?
Perubahan standar
Pas pertama jadian, si dia ngaku kalau penampilan kita yang menarik dan wawasan kita yang luas adalah alasan si dia jatuh cinta. Bangga? Boleh-boleh saja, tapi jangan sampai terlalu pede. Di mana-mana cowok pasti menggunakan penampilan sebagai alat ukur pertama. Setelah itu bakal ada tuntutan dan kebutuhan lain.
Misalnya, nih, meskipun puas dengan penampilan kita yang oke, bakal ada saatnya si dia butuh kita sebagai teman curhat. Kalau kita mengabaikan kebutuhannya itu, penampilan secantik dan seseksi apapun nggak bakal cukup.
Jangan berpikiran si dia bakal tetap setia hanya karena kita cantik. Saat kita nggak bisa jadi berperan sebagai teman yang dia butuhkan, bisa-bisa cewek lain jadi pelariannya. CC
Sumber : http://www.citacinta.com/ceria/kitasidia/si.dia.selingkuh.bisa.jadi.kita.penyebabnya/001/003/483
0 komentar:
Posting Komentar